Pendidikan Karakter Islam pada Anak Usia Dini
Bicara tentang
pendidikan karakter islam usia dini hal yang seringkali menjadi pertanyaan
banyak orang adalah,pertama kapan waktu yang tepat memberi pendidikan karakter
islam pada anak ? kedua bagaimana cara menyampaikan atau mengajarkan karakter
islam pada anak? Jawaban untuk yang pertama simpel saja waktu yang tepat
memberikan pendidikan karakter islam pada anak adalah dilakukan pada umur
sedini mungkin, akan tetapi setiap anak mempunyai kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan yang berbeda-berbeda jadi jangan bandingkan antara anak yang satu
dengan yang lainya. Begitupula
dengan patokan umur, umur tidak bisa dijadikan patokan untuk setiap orang tua
memberi pendidikan karakter.
Peran orang tua
dalam perkembangan karakter anak sangat berpengaruh. Anak- anak akan tumbuh menjadi pribadi yang
berkarakter apabila tumbuh dilingkungan yang berkarakter baik. Keluarga adalah
tempat paling awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak karena fungsi utama
keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan
anak, mengembangkan seluruh kemampuan anak sejak usia dini dan membentuk karakter. ( Megawangi ,2004)
Jawaban yang kedua tentang bagaimana cara
penyampain atau pengajaran karakter islam pada usia dini. Sebagai orang tua
harus pandai-pandai memeberikan cara atau metode yang tepat untuk memberikan
pendidikan karakter islam pada anak. Orangtua harus memahami kemampuan anaknya,
jangan pernah memaksa anak berikan pendidikan yang sesuai dengan batas lingkup
umurnya. Untuk awal pendidkan karakter sebaikanya menggunakan metode melihat,
mendengar, dan meniru, karena pada saat anak masih dalam masa emas anak mudah
sekali menangkap segala sesuatu dengan cara-cara yang dia lihat disekelilingnya
atau dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan pendidikan karakter islam pada
anak merupaakan tugas utama para orangtua. Karena perbuatan baik seseorang
tidak akan bernilai amal saleh manakala perbuatan tersebut dibangun diatas
nilai iman dan taqwa. Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu, yaitu wahyu
dan akal. Keduanya tidak boleh diperselisihkan sedang manusia diberi kesempatan
yang luas dalam mengembangkan akalnya. Dengan catatan dalam pengembangananya
tetap terikat dengan wahyu dan tidak bertentangan dengan syariat, bahkan Alloh
mengangjat harkat dan martabat manusia yang berilmu dengan didaari beriman
kepada Alloh. ( Rais Rahmat, 2006:53)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar